Copsychus malabaricus tricolor

Trushes
Shama (Murai Batu)

 Family
Turdidae / Muscicapidae 
 Genus
Copsychus 
 Species
Copsychus malabaricus
ssp tricolor (Vieillot, 1818)
 varian
~ tricolor (tricolor)
~ tricolor (abbotti)

 Nama
~ White Rumped Shama
~ Murai Sumatra
 Nama lain
Kacer Filipin
 Penyebaran
Malaysia, Sumatra, kepulauan Natuna dan Anamba

Copsychus malabaricus ssp tricolor
Di Indonesia, Murai-batu jenis tricolor ini lah yang paling populer dan paling diminati, bukan hanya karena kemampuan berkicaunya yang hebat, tapi juga karena ekornya yang panjang, dari sekitar 22 cm hingga 28 cm, bahkan ada yang mencapai 30 cm. Panjang ekornya yang indah ini melebihi panjang tubuhnya, sehingga membuat penampilannya sangat memukau, selain itu kicauannya yang merdu dan keras (nyaring).

Murai batu tricolor ini lebih dikenal dengan nama umum Murai Batu Sumatra (atau Murai Sumatra saja), tapi tergantung dari daerah mana dia berasal maka Murai Batu Sumatra pun memiliki sebutan berdasarkan nama daerahnya. Uniknya Murai Sumatra dari berbagai daerah sumatra memiliki perbedaan-perbedaan, yang menjadi ciri khasnya. Kalau soal kualitas suara, bisa dikatakan Murai Sumatra dari berbagai daerah ini memiliki kemampuan berkicau yang sama baiknya.

Murai Batu Sumatra (Copsychus malabaricus tricolor), terdiri dari beberapa varian, yaitu:
  • Murai Batu Aceh
    Murai Aceh

    Hidup di sekitar kaki gunung Leuser di wilayah perbatasan Aceh dan Sumatra Utara, ukuran tubuh kecil dan ekor panjang berkisar antara 22 s/d. 28 cm.

    Murai batu Aceh sendiri memiliki beberapa jenis lagi, yang berasal dari berbagai daerah di Aceh, yaitu:
    • Murai batu Sinabang (Simalur)
      Berasal dari pulau Simalur (Simeuleu).
      Ukuran tubuh agak kecil mirip dengan Murai Medan, tapi ekor lebih pendek. Warna ekor keseluruhan warna hitam polos mirip dengan Murai Nias.
    • Murai batu Lasia
      Berasal dari pulau Lasia, Aceh. Sebuah pulau yang berada di tenggara pulau Simalur (Simeulue). Postur mirip dengan Murai Sinabang, namun ukuran Murai Lasia sedikit lebih besar.
      Ekornya juga lebih panjang. Pada ujung ekor terdapat noktah putih balak.
    • Murai batu Lampuyang
      Berasal dari daerah Lampuyang, Berasal dari pulau Breuh, Lampuyang, Aceh. Murai Lampuyang ini memiliki keunikan, pada ekornya 3 pasang hitam polos dan 3 pasang lainnya terdapat noktah putih yang tebal,sekitar 1 cm lebih. Model ekor seperti ini sering disebut dengan "balak 6".
    • Murai batu Sabang
      Berasal dari daerah Sabang. Postur tubuh dan ekornya sama dengan Murai Lampuyang, tapi ekor lebih panjang.
      Murai Sabang, mulai jarang ditemukan. Diperkirakan populasinya tinggal sedikit, akibat perburuan liar di hutan Sabang.
    • Murai batu Ujung Pancu
  • Murai Batu Medan

    Hidup berhabitat di daerah bukit Lawang, Bohorok hingga ke kaki gunung Leuser, ukuran tubuh paling kecil dan ekor panjang berkisar antara 25 s.d. 30 cm dan ekor Murai Medan paling lentur. Untuk tangkapan hutan dari wilayah Bukit Lawang, kadang ada yang memiliki suara dasar orangutan. Ekor tipis dan paling lentur melengkung ke bawah, panjang ekor berkisar antara 25- 30 cm. Kicauan sangat bervariasi. Karakter tempur nya dahsyat serta mental baja dengan volume suara di atas rata-rata Murai Batu yang ada di Indonesia. Oleh karena itu Murai Medan yang berasal dari bukit Lawang, Bohorok memiliki harga paling mahal, dan harga bakalannya pun mahal.
    Oleh karena itu, Murai Batu yang berasal dari luar wilayah Medan juga disebut sebagai Murai Medan, seperti yang berasal dari wilayah Aceh atau dari Kisaran dan daerah lainnya, apabila didrop masuk ke Medan disebut-sebut juga sebagai Murai Medan, mungkin untuk ikut mendongkrak harganya.
  • Murai Batu Mandailing
    Ada juga Murai Medan yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan, Mandailing Natal hingga dekat perbatasan dengan Sumatra Barat. Murai Mandailing sering disebut juga sebagai Murai Medan-Mandailing, namun masyarakat setempat di daerah Mandailing-Natal menyebutnya sebagai Murai Mandailing. Ekor tidak sepanjang Murai Medan-Bohorok, ekor agak kaku dan lebih mirip dengan Murai Padang.


  • Murai Batu Nias

    Murai Sumatra juga ada yang berasal dari pulau Nias. Diduga bahwa Murai Nias bukanlah merupakan subspecies dari Copsychus malabaricus. Karena terdapat perbedaan mencolok pada bentuk ekor Murai Nias yang tidak ada warna putihnya, karena berwarna hitam polos keseluruhan. Panjang ekor lumayan panjang berkisar antara 20 s/d 26 cm.
    Burung Murai Nias ini berhabitat di kepulauan Nias, Sumatra Utara.
    Murai Batu Nias, kadang disebut juga sebagai Murai Medan-Nias.
  • Murai Batu Pagai (Mentawai)

    Murai Pagai, kadang disebut juga sebagai Murai Mentawai. Murai Batu Pagai berhabitat di pulau Mentawai. Postur fisik dan ciri-ciri Murai Pagai ini sangat mirip dengan Murai Nias.
    Banyak yang berpendapat kemungkinan Murai Pagai adalah Murai Nias yang terbang bermigrasi ke pulau Mentawai atau bisa juga dari pulau Mentawai bermigrasi ke pulau Nias.
  • Murai Batu Padang
     
    Kebanyakan berasal dari daerah Pasaman (habitat hutan Panti, Kumpulan, Lubuk Sikaping, Bonjol dan Rao), Padang Tujuh, Ujung Gading dan Muaro Kiawai yang berbatasan dengan Mandailing Natal provinsi Sumatra Utara ). Berukuran sedikit lebih besar dari Murai Medan, ekor lebih pendek dari Murai Medan.
  • Murai Batu Jambi

    Ukuran dan postur tubuh hampir sama dengan Murai Padang, sehingga kadang disebut sebagai Murai Padang.





  • Murai Batu Palembang (Lahat)

    Ukuran tubuh berkisar di antara Murai Padang dan Murai Lampung, ekor lebih pendek dari Murai Padang. ukuran ekor berkisar antara 18 s/d. 23 cm


  • Murai Batu Lampung

    Hidup di Krakatau, wilayah provinsi Lampung hingga ke arah Bengkulu, memiliki ukuran paling besar di antara Murai Sumatra, ekor sekitar 15 s/d. 17 cm dan ekor agak kaku. Murai Lampung dengan ukuran ekor yang tidak terlalu panjang sering menampilkan kicauan dan gaya yang paling atraktif dibandingkan Murai Sumatra lainnya.

No comments:

Post a Comment